“Kadang, ada calon bupati yang sebenarnya ingin maju, tapi karena tekanan dari berbagai arah, terutama dari partai-partai besar yang dikuasai oleh sosok-sosok berpengaruh itu, mereka jadi mundur teratur,”
“Partai-partai ini bisa saja memberikan dukungan kepada satu pasangan calon saja, dengan maksud agar tidak ada lawan yang cukup kuat untuk menantang mereka.”
Rafi terdiam sejenak, mencerna penjelasan Tettanya. Ia mulai menyadari bahwa politik lebih dari sekadar persaingan biasa; ada permainan kekuasaan di balik layar yang tak selalu tampak di permukaan.
“Jadi, kalau calon-calon lain tidak lagi terdengar serius mau maju menjelang pendaftaran, itu bisa jadi karena tekanan politik dan strategi partai-partai besar itu ya, Tetta?” tanya Rafi, me.myba menyimpulkan pemahaman barunya.
“Benar sekali, Rafi. Kalau tekanan sosok itu sudah begitu besar, dan partai-partai besar sudah berhasil mengunci dukungan mereka hanya pada satu pasangan calon, maka calon-calon lain bisa merasa tidak ada gunanya maju”
“Akhirnya, muncullah skenario kotak kosong, di mana hanya ada satu calon yang maju, dan rakyat hanya punya pilihan untuk memilih atau tidak memilih,” jawab Tetta dengan nada bijak.
Percakapan itu berakhir dengan Rafi yang semakin paham tentang dunia politik yang penuh dengan strategi dan tekanan. Skenario Kotak Kosong bukanlah sekadar kebetulan, melainkan hasil dari kalkulasi politik yang cermat dan penuh dengan intrik.
Sambil menyesap lagi kopinya dari Tanah Malakaji, Tetta merasa ada kemiripan antara perjuangan para petani kopi dengan dinamika politik yang baru saja ia jelaskan.
Baik kopi Malakaji maupun calon-calon bupati, keduanya berhadapan dengan kekuatan besar yang menentukan nasib mereka di pasar—baik itu pasar politik maupun pasar komoditas.
Sambil memandang foto usang itu, Tetta teringat kembali akan Monas, simbol dari pusat kekuasaan di negeri ini.
Di sana, ia pernah merasakan langsung bagaimana kekuatan besar bisa membentuk nasib banyak orang, termasuk mereka yang berada jauh dari hiruk pikuk ibu kota.
Kini, cerita itu kembali hidup dalam benaknya, saat ia menjelaskan kepada Rafi tentang bagaimana skenario Kotak Kosong adalah hasil dari pengaruh kekuatan besar yang sama.
Penulis Arfandi Palallo Pegiat Literasi Gowa , Sungguminasa 22 Agustus 2024
Post Views: 100